Senin, 20 Mei 2013
Sabtu, 18 Mei 2013
Keseimbangan dalam hubungan cinta
Siapa yang tidak pernah merasakan cinta? Bayi yang baru lahir saja sudah merasakan cinta dari orang tuanya dan orang di sekelilingnya. Lansia dan orang tua pun tetap merasakan cinta dari anak-anaknya dan keluarga besarnya. Remaja dan Dewasa pun merasakan cinta dari keluarga, teman sebaya, saudara kandungnya dan pasangannya. Setiap Pria maupun Wanita akan selalu merasakan cinta dan memiliki cinta dalam dirinya sampai kapan pun dan tidak mungkin ada satu orang pun yang tidak memiliki cinta dalam dirinya.
Cinta dalam diri bersemayam dalam 2 tempat, hati dan pikiran manusia. Banyak hal yang membuat cinta menjadi tanpa logika. Cinta kepada lawan jenis misalnya. Terkadang membuat cinta nyata tanpa logika. Cinta yang berdasarkan pada hati perasaan suka.Cinta itu buta kata orang menyebutnya. Karena cinta itu tanpa adanya pemikiran. Cinta dengan hati dan pikiran akan berjalan seiringan menuju sebuah kebahagiaan yang seimbang.
Cinta dengan pikiran, bagimana cara berpikir positif terhadap orang yang dicintai. Tidak berpikir negatif atau berusaha mengalahkan pemikiran-pemikiran negatif. Pemikiran negatif itu dikarenakan hal-hal seperti rasa tidak percaya atau takut cinta itu hilang. Pemikiran tentang hal-hal sepele yang terkadang juga muncul. Pemikiran ini ada karena terbawa oleh perasaan begitu mencintai dan merasa memiliki sehingga timbullah pemikiran tersebut. Meski pun terkadang pemikiran itu tidak selalu salah.
Cinta itu membutuhkan rasa saling mengerti, saling perhatian, rasa saling menyayangi, rasa saling menerima apa adanya, saling menerima pendapat dan saling memaafkan serta rasa mengalah. Bagiamana masalah kecil menjadi sangat kecil dan hilang atau masalah besar menjadi kecil dan hilang juga. Rasa saling pengertian dan pemikiran ke arah positif serta menjauhkan diri dari sebuah keegoisan dalam berpikir. Tetapi pemikiran-pemikiran positif pun ada batasnya.
Pemikiran negatif cenderung mengarah pada sifat egois. Kepribadian yang buruk juga dapat menimbulkan keegoisan. Tingkah manja dan kekanakkan memang terkadang perlu dalam suatu hubungan saling mencintai tetapi bagaimana memposisikan manja dan kekanakann itu. Sehingga ada waktu dimana harus memposisikan diri menjadi dewasa dan manja serta kekanakan dengan benar.
Kemarahan, perkelahian, pertengakaran, kesalahpahaman, sering kali menjadi akhir dari pemikiran negatif dan cara memposisikan diri yang salah. Sulit menyadarkan diri sendiri untuk berada pada posisi positif ketika negatif begitu besar disertai keegoisan. Banyak yang harus dipelajari untuk menyeimbangkan cinta dengan hati dan pikiran. Tidak setiap orang mudah melakukan hal tersebut tanpa mencoba.
Keselarasan itu kembali kepada orang yang memiliki cinta dan mencintai. Orang tua yang marah atau seorang pacar yang memarahi pacarnya misalnya. Beberapa hal yang terjadi dalam keadaan tersebut pasti ada penyebabnya. Perlu diketahui apa penyebab itu semua terjadi. Kesadaran bahwa yang dilakukan adalah tidak benar, sebenarnya ada. Tetapi perasaan negatif dan rasa egois sering kali mengalahkan hal-hal yang dianggap lebih positif sehingga keadaan terjadi berulang-ulang. Kejenuhan, putus asa dan rasa benci mungkin akan timbul. Rasa dan hal-hal positif pun akan hilang.
Kesalahpahaman, marah serta hal-hal yang tidak baik harus diketahui penyebabnya sehingga ketika hal itu terulang dapat diminimalisir keadaan agar tidak besar. Penyelesaian masalah dengan baik-baik atau kepala dingin orang menyebutnya juga sangat penting. Memberikan waktu kepada orang yang marah untuk menenangkan diri dan yang dimarah diam dulu juga merupakan keadaan yang bisa membuat lebih baik. Karena sebenarnya diantara keadaan, rasa dan hal-hal yang buruk akan ada suatu keadaan, rasa dan hal-hal yang lebih baik.
Jangan lupa untuk berdoa dan sabar serta ikhlas.
N'oubliez pas de prier et patient et sincère.
Don't forget to pray and patient and sincere.
Rabu, 15 Mei 2013
Langganan:
Postingan (Atom)