Sabtu, 20 Mei 2017

"Sepenggal" Kisah yang Belum Usai -Bahagia


Part 1. "Sepenggal" Kisah yang Belum Usai - Harapan
Part 2. "Sepenggal" Kisah yang Belum Usai - Miracle


Audrey Semesta duduk di depan sebuah cermin, ia melihat dirinya, memegang wajahnya dan menunduk lesu. Merasakan rasa penat, setahun berlalu dan ia menghabiskan hidupnya sendiri di kota yang besar berharap Ken kembali. Semua ia lewati dengan tetap berharap keajaiban itu ada, tapi dari waktu ke waktu tiada kabar satu pun yang datang padanya. Ia sering mengunjungi panti asuhan dimana Ken dulu tinggal, berharap Ken mungkin datang ke sana atau pemilik panti tahu tentang sesuatu. Tetapi tidak ada yang ia dapatkan.

Audrey melihat koper di atas tempat tidurnya, 3 bulan lalu Aurora berulang tahun yang pertama. Ia tidak bisa mengunjungi putri kecilnya yang sekarang tinggal bersama neneknya. Audrey terpaksa menitipkan Aurora pada ibunya, ia harus bekerja di Jakarta dan tidak mungkin meninggalkan tempat dimana dia berharap Ken kembali. Audrey berjalan mendekati kopernya, memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Ia menutup dan meletakkan di ruang tamu. 

Teleponnya berdering saat ia kembali menuju kamarnya. Terlihat ibunya menelpon, “ Halo Bu. Iya, semua sudah siap. Besok penerbangan pertama. Apa Aurora sudah tidur? Oh baiklah Bu, Sampai ketemu besok Ibu.” Setelah menutup teleponnya, Audrey berjalan ke kamar, ia harus bangun pagi besok. 

Pesawat sudah lepas landas, penerbangan akan memakan waktu satu jam tiga puluh menit. Audrey duduk tepat di samping jendela, ia bisa melihat hamparan awan putih. Cuaca cerah hari ini, seperti penerbangannya dengan Ken ke Singapura untuk menemui keluarga Audrey.  Kala itu Ken bersikeras tidak ke Singapura, tetapi Audrey terpaksa mengancam Ken dengan membatalkan pernikahan yang mereka rencanakan. Ken sangat membenci Singapura, itu yang Audrey tahu.

“Aurora…” Audrey langsung mendekati dan mencium kedua pipi putri kecilnya yang datang bersama ibunya dan supir menjemput di bandara. Supir membawa barang-barang Audrey dan mereka berjalan menuju pintu keluar. Audrey mengendong Aurora dan mereka bersenda gurau. Tanpa sengaja, seseorang menabrak Audrey, Aurora menangis sangat keras. Aurora hampir saja terjatuh dari gendongan Audrey, beruntung ibunya dengan sigap menangkapnya.

Orang yang menabrak Audrey masih membereskan barang-barangnya yang keluar dari tasnya. Ibu yang melihat orang tersebut, tersentak kaget. Ia mengenali orang itu, pria yang menabrak anak dan cucunya barusan. “Ken… “ Satu kata yang keluar dari ibunya Audrey membuat pria tersebut mengangkat wajahnya. “Ibu…” Pria itu kaget saat melihat wanita yang memanggail namanya. “ Ken...” Ibu mengulang lagi.

“Ibu…” Audrey memanggil ibunya yang terdengarnya menyebut nama Ken.

“Audrey, Ken...” Ibu hanya mengatakan itu sambil menatap Audrey dan melihat ke arah orang yang menabrak Audrey tadi. 

“Ken…?” Audrey bingung dengan perkataan ibunya sampai orang yang menabraknya berdiri dan memperlihatkan wajahnya.

“Ken…!” Audrey tersentak kaget dan terjatuh, beruntung Ken segera menangkapnya.

“Bawa ke mobil” Ibu meminta Ken membawa Audrey ke mobil. Semua berlalu cepat, Audrey pingsan, Aurora menangis, Ibu masih menenangakan Aurora. Ken mengenggam erat tangan Audrey yang pingsan. Supir melajukan mobil dengan cepat menuju rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, para perawat sudah menunggu di depan, sebelumnya ibu sudah menelpon rumah sakit tempat ia bekerja. Para perawat dengan sigap membawa Audrey menuju Instalasi Gawat Darurat. Ibu mengatakan pada Ken untuk menjaga Audrey, ibu akan membawa Aurora untuk di periksa. 

Ken tidak berharap ini yang terjadi saat bertemu lagi dengan Audrey. Tapi ini yang terjadi, andai waktu bisa berputar kembali. Setahun ia menghindari semua hal yang bisa membuatnya bertemu Audrey. Hari ini ia akan ke Indonesia menemui Audrey, pesawat akan segera berangkat, Ken berlari mengejar pesawat. Tanpa sadar karena terburu-buru, ia menabrak seseorang yang ternyata orang yang akan ia temui di Indonesia.

“Gimana, Dok?’ Ken menanyakan keadaan Audrey pada dokter yang selesai memeriksa keadaan Audrey.

“Hanya mengalami syok. Sebentar lagi sadar” Dokter tersenyum dan pergi meninggalkan Ken dan Audrey.

“Ken…” Suara lirih yang menyadarkan Ken, Audrey sudah sadar. Ia mengengam tangan Audrey.

“Maafkan aku Audrey, Maafkan aku. Aku sungguh tidak pernah ingin meninggalkan dirimu dan Aurora, tidak sedikitpun aku ingin meninggalkan kalian. Aku terpaksa melakukan ini semua demi kalian berdua. “ Ken menangis.

“Aku sudah tahu semuanya Ken. Aku tahu apa yang terjadi padamu. Aku masih menunggumu dan aku tahu kau tidak akan meninggalkan kami.” Audrey menatap wajah Ken sambil tersenyum. 

“Tapi darimana kamu tahu?” Tidak ada satu orang punya yang tahu keberadaan Ken di Singapura.

“Marco, Kakakmu. Ia datang menemuiku 3 hari yang lalu. Ia menjelaskan semua yang terjadi dan meminta maaf padaku tentang semuanya. Tapi aku tidak berpikir, kita akan dipertemukan sekarang. Aku baru akan berencana ke rumah orang tuamu besok. Mereka juga sudah berbicara padaku, dan meminta maaf serta mengundangku untuk perayaan ulang tahunmu lusa.” Audrey menjelaskan semuanya sambil tersenyum.
Ken terdiam sejenak, ia tidak menyangka Marco dan kedua orang tuanya akan melakukan hal ini. Selama ini ia meminta untuk kembali ke Indonesia saja mereka tidak mengizinkan. 

“Kamu tidak pernah menceritakan tentang keluargamu. Tapi aku bersyukur, Marco sudah menjelaskan padaku semuanya. Sehingga aku tidak membencimu. Aku hampir membencimu Ken, karena membuatku menunggu.” Audrey dengan sedikit bercanda berbicara pada Ken. Ia bangun dari tempat tidurnya, melihat sekelilinganya dan menyadari Aurora serta Ibunya tidak ada.

“Aku hampir membuat Aurora terjatuh, bukan? Ia menangis terus, Ibu membawanya ke klinik anak untuk diperiksa. Sebaiknya kita ke sana, kamu baik-baik saja?” Ken berdiri di samping Audrey, Audrey menganggukkan kepalanya. Ken merasa lega, ia tidak perlu menjelaskan semuanya lagi. Ia tersenyum.

Mereka berjalan menuju klinik anak, ibu muncul di pintu keluar bersama Aurora. Ia tersenyum melihat anak dan menantunya berjalan berdua. “ Aurora baik-baik saja, jangan khawatir.”
“Syukurlah, Maafkan Ayahmu ini” Ken mengambil Aurora dari gendongan ibu mertuanya. Ia sangat merindukan putri kecilnya itu. Audrey berbisik pada Aurora,” Jangan maafkan Ayahmu Ra” Ken tersenyum mendengar bisikan Audrey.

“Sudah, ayo kita pulang. Atau kita akan sepanjang hari di sini? Ken ikut bersama kami kan? Tenang, ibu mu dan aku berteman, andai dari awal kamu menceritakan semuanya, tidak akan terjadi hal ini.” Ibu tersenyum pada Ken, Audrey sudah menceritakan semua nya pada ibunya. Mereka pulang ke rumah orang tua Audrey, menghabiskan hari itu dengan bercerita, ibu Audrey mengundang Keluarga Morza ke rumahnya. Mereka senang bisa berjumpa Aurora, si putri kecil, Aurora Micaleia Morza.


-Mei 2017-