Assalamu'alaikum...
"Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal yang menyakitkan yang mereka alami."
"Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal yang menyakitkan yang mereka alami."
-Kutipan yang dibaca Maryam dalam "HUJAN" -Tere Liye
Awal bulan kemarin, akhirnya punya juga kesempatan ke Gramedia. Rasanya kembali bernyawa. Dan, kembali tertarik untuk membaca karya Tere Liye lagi. Judulnya "Hujan". Ini novel diterbitkan awal tahun ini, mungkin sudah banyak yang review atau cuap-cuap tentang novel ini.
Covernya yang simpel dengan tulisan di tengah-tengahnya "HUJAN" serta pemandangan yang menggambarkan suasana hujan dan di bagian belakangnya hanya ada gambar butiran air dengan tulisan di setiap butirnya;
- Tentang Persahabatan
- Tentang Cinta
- Tentang Perpisahan
- Tentang Melupakan
- Tentang Hujan
Dengan cover yang simpel ini, tentunya membuat yang melihatnya penasaran. Apa hubungannya HUJAN dengan segala yang tertulis pada bagian belakang?
Cerita yang selalu mengetarkan di tiap bagiannya, membuat harus menahan air mata. Masuk bagian ke-32 berlinang air mata. Tokoh dan cerita dalam HUJAN seakan hidup nyata. Seperti sedang menonton sebuah kehidupan seorang Lail dan Esok yang nyata, merasakan setiap perasaan Lail, perjuangan, persahabatan. Getaran-getaran yang mencekam, mengiris, semua menjadi satu dalam HUJAN.
"HUJAN"
Hari pertama Lail sekolah, 21 Mei 2042. Stasiun kereta bawah tanah, menunggu kapsul datang. Bersama Ibunya. Di perjalanan, gempa berkekuatan dahsyat terjadi. Kapsul oleng, keluar dari lintasan dan berhenti.
Semua penumpang keluar, petugas menyelamatkan penumpang yang masih hidup menuju tangga darurat, menuju permukaan tanah. Anak-anak diwajibkan terlebih dahulu. Hanya ada dua orang anak, Lail dan seorang anak laki-laki, Esok namnya. Anak lelaki yang kelak amat dia sayangi. Saat mereka menaiki tangga, guncangan kembali terjadi. Semua penumpang tidak selamat, tertimbun di dalam tanah, kecuali Lail dan Esok.
Sudan setahun di pengungsian, mereka melalui itu semua bersama-sama. Semua penghuni tenda pengungsian bahkan hafal; dimana ada Esok, berarti ada Lail, dan sebaliknya, jika ada Lail, berarti ada Esok. Hujan turun menderas. Lail menangis tanpa diketahui siapa pun. Hari itu, Esok mengatakan bahwa ada keluarga yang mau mengangkatnya dan mengurus Ibunya yang juga selamat dari gempa itu meski kehilangan kedua kakinya. Esok menjadi anak angkat dari keluarga Walikota mereka.
Lail sama halnya dengan anak-anak lainnya yang yatim piatu, akan tinggal di panti sosial. Lail sekamar dengan anak perempuan bernama Maryam. Tubuhnya tinggi dan kurus. Rambutnya kribo. Wajahnya tirus, jerawatan dan berkawat gigi. Rambut kribonya sangat lebat, mengembang seperti bola besar. Sejak Lail berpisah dengan Esok, semuanya berubah.
Setelah enam minggu mereka tidak bertemu, akhirnya Esok datang. Mereka menaiki sepeda merah pemberian petugas di pengungsian, mengunjungi tempat-tempat yang dulu selalu dikunjungi. Mereka selalu bicara di kolam air mancur. Menceritakan aktivitas masing-masing selama tidak bertemu.
Hujan turun. Lail selalu suka hujan. Usianya saat itu baru empat belas tahun. Esok enam belas tahun. Lail belum tahu perasaanya, masih beberapa tahun lagi. Tapi saat itu dia sudah tahu. Esok akan selalu penting baginya.
Lail dan Maryam sibuk mengikuti kelas memasak yang diadakan panti, tetapi berakhir membosankan. Maryam dan Lail akhirnya memilih menjadi relawan dengan ujian dan perjuangan yang sangat sulit. Mereka menjadi relawan termuda, spesialis relawan medis dan mendapatkan penghargaan tertinggi karena jasa mereka. Mereka juga melanjutkan sekolah keperawatan dan tinggal di asrama sekolah, bukan lagi di panti sosial.
Esok selalu datang menemui Lail setiap dia mendapat izin ke kota mereka. Mereka selalu menaiki sepeda merah yang semakin pudar warnanya, mengunjungi tempat-tempat bersejarah mereka, berbicara di kolam air mancur. Dan Esok selalu hadir di hari-hari penting Lail, saat pelantikan relawan, menerima penghargaan, wisuda sekolah keperawatan.
Maryam sesekali mengoda Lail tentang Esok. Apalagi jika mereka akan atau setelah dari toko kue milik Ibu Esok yang dibangun oleh orang tua angkat Esok. Lail sesekali mengajak Maryam ke toko kue, membantu Ibu Esok membuat kue dan bertanya kabar Esok. Maryam akan selalu senang menjahili Lail setelah itu.
Maryam tahu Lail menyukai Esok dan Esok menyukai Lail. Mereka saling mencintai. Walau selama itu, Lail tidak pernah menghubungi Esok dengan alasan takut menganggu kesibukan Esok. Dan Esok hanya pernah tiga kali menghubungi Lail itu pun dengan izin super ketat. Tetapi setiap Esok menghubungi Lail, dia selalu mengetahui hal-hal terbaru tentang Lail. Lail sangat senang jika Esok menghubunginya.
Sampai pada suatu hari, hari dimana Lail sedang duduk dalam ruangan 4x4 meter persegi bersama Elijah, dokter yang sedang mendengarkan cerita Lail. Hari itu akan ada kapal besar yang mengangkut 10.000 orang terpilih dari negara mereka untuk hidup di angkasa luar. Lail tahu Esok memiliki dua tiket, Walikota baru saja mengucapkan terima kasih kepada Lail. Karena sudah membuat Esok memilih Claudia, putri semata wayang Walikota untuk bisa ikut dalam kapal tersebut.
Lail sangat sedih. Esok telah memilih Claudia, bukan dia. Maryam sangat takut dengan keputusan Lail untuk menghapus memorinya tentang Esok dan hujan dari ingatannya. Maryam menghubungi Esok. Esok baru saja turun dari kereta cepat. Maryam menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada Lail dan apa yang sedang dilakukan Lail saat itu.
Dengan lisensi yang dimiliki oleh Esok, Soke Bahtera, nama aslinya, seorang jenius yang telah menemukan 80% teknologi terbang pada mobil. Esok sudah di rumah sakit dan sedang berusaha menghentikan operasi yang sedang berjalan. Lail keluar dari ruang operasi. Dia mengenali Maryam, sahabat baiknya. Dan Lail juga mengenali Esok. Lail memilih untuk memeluk erat semua memorinya. Karena itu hidupnya.
"Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan"
Esok selalu datang menemui Lail setiap dia mendapat izin ke kota mereka. Mereka selalu menaiki sepeda merah yang semakin pudar warnanya, mengunjungi tempat-tempat bersejarah mereka, berbicara di kolam air mancur. Dan Esok selalu hadir di hari-hari penting Lail, saat pelantikan relawan, menerima penghargaan, wisuda sekolah keperawatan.
Maryam sesekali mengoda Lail tentang Esok. Apalagi jika mereka akan atau setelah dari toko kue milik Ibu Esok yang dibangun oleh orang tua angkat Esok. Lail sesekali mengajak Maryam ke toko kue, membantu Ibu Esok membuat kue dan bertanya kabar Esok. Maryam akan selalu senang menjahili Lail setelah itu.
Maryam tahu Lail menyukai Esok dan Esok menyukai Lail. Mereka saling mencintai. Walau selama itu, Lail tidak pernah menghubungi Esok dengan alasan takut menganggu kesibukan Esok. Dan Esok hanya pernah tiga kali menghubungi Lail itu pun dengan izin super ketat. Tetapi setiap Esok menghubungi Lail, dia selalu mengetahui hal-hal terbaru tentang Lail. Lail sangat senang jika Esok menghubunginya.
Sampai pada suatu hari, hari dimana Lail sedang duduk dalam ruangan 4x4 meter persegi bersama Elijah, dokter yang sedang mendengarkan cerita Lail. Hari itu akan ada kapal besar yang mengangkut 10.000 orang terpilih dari negara mereka untuk hidup di angkasa luar. Lail tahu Esok memiliki dua tiket, Walikota baru saja mengucapkan terima kasih kepada Lail. Karena sudah membuat Esok memilih Claudia, putri semata wayang Walikota untuk bisa ikut dalam kapal tersebut.
Lail sangat sedih. Esok telah memilih Claudia, bukan dia. Maryam sangat takut dengan keputusan Lail untuk menghapus memorinya tentang Esok dan hujan dari ingatannya. Maryam menghubungi Esok. Esok baru saja turun dari kereta cepat. Maryam menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada Lail dan apa yang sedang dilakukan Lail saat itu.
Dengan lisensi yang dimiliki oleh Esok, Soke Bahtera, nama aslinya, seorang jenius yang telah menemukan 80% teknologi terbang pada mobil. Esok sudah di rumah sakit dan sedang berusaha menghentikan operasi yang sedang berjalan. Lail keluar dari ruang operasi. Dia mengenali Maryam, sahabat baiknya. Dan Lail juga mengenali Esok. Lail memilih untuk memeluk erat semua memorinya. Karena itu hidupnya.
"Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan"
-Elijah dalam "HUJAN" -Tere Liye
Catatan :
Setiap cetak miring, terdapat dalam novel "HUJAN" karya Tere Liye
"Miliki novelnya dan rasakan sensasi luar biasanya!!!"