Setahun lalu, Singapura di pagi hari. Ia tersadar saat membuka matanya, dengan sedikit rasa pusing di kepalanya, kamar yang tujuh tahun lalu Ia tinggalkan masih jelas diingatannya. Dengan memegang kepala yang terasa berat, Ia berusaha bangun dan mencoba memastikan kembali tempat Ia berada sekarang. Ia yakin, ini kamarnya, satu hal yang benar-benar disadari, Ia kembali ke rumahnya, rumah keluarga Morza.
Ia mencoba keluar kamar, melihat ke bawah, para pelayan sedang mempersiapkan makan di meja. Ia mencari-cari sesuatu di dinding, masih pagi, pukul 6. Ia berjalan menuruni anak tangga dengan sesekali memukul kepalanya. Seorang pelayan melihatnya dan memapahnya turun.
"Tuan Muda sudah bangun nyonya." Suara pelayan lainnya memberitahu majikannya, seorang wanita berjalan mendekati, "Ayahmu harus membawamu dengan paksa, Ken. Sorry." Wanita itu menyentuh bahu Ken, Ken Morza. Anak bungsu dari dua bersaudara, keturunan dari keluarga terkaya di Singapura. Ayahnya, Tuan Morza, seorang pengusaha real estate dan properti, memiliki cabang hingga ke luar negeri.
"Iya, aku harus membawamu dengan paksa. Dengan menyuruh anak buahku mencari keberadaanmu selama ini. Itu tidak sulit ternyata, kamu tidak mengubah namamu. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini dan jangan pernah kembali ke Indonesia. Itu perintahku, seluruh pintu keluar, tidak akan pernah bisa kamu akses."
"Apa katamu? Apa yang kamu lakukan padaku sebenarnya? Selama ini, selama tujuh tahun aku hidup tanpa kalian dan itu lebih baik bagiku. Dimana si brengsek Marco? Aku ingin membunuhnya. Dimana kalian menyembunyikannya? Aku tidak akan pernah kembali ke sini." Ken mencoba berontak. Tujuh tahun lalu Ia memutuskan pergi, karena keluarganya membela Marco, kakaknya yang telah menghancurkan kehidupann teman Ken. Ken merasa benar-benar malu atas perbuatan kakaknya, apalagi orang tuanya demi nama baik keluarga, mencoba memprovokasi bahwa itu disebabkan oleh orang lain.
Ken memutuskan ke Indonesia dan tinggal di sebuah panti yang mendapat sumbangan rutin dari perusahaan Morza Company. Ken tinggal di sana tanpa menyebutkan identitasnya dan menumpang tinggal serta bekerja sebagai relawan panti.
"Kamu ingin aku melukai istri dan anakmu? Kamu harus memilih, tinggal di sini atau kamu kembali, tapi anak buahku akan selalu mencelakai mereka." Ayah membuat Ken berhenti saat Ia ingin keluar dari rumahnya.
Ken membalikkan badannya, ia sadar tidak semudah dulu lagi untuk pergi dari rumahnya. Ancaman ayahnya membuatnya terdiam sejenak. Ayahnya tidak pernah main-main dengan perkataannya. Dengan kekuasaan yang dimiliki ayahnya bisa melakukan apapun yang ayahnya mau. Sangat beresiko, jika ia membuat istri dan anaknya menderita.
"Apa yang kamu inginkan dariku?" Ken mencoba mencari tahu apa yang diinginkan ayahnya.
"Kamu harus mengambil alih perusahaan mulai sekarang. Saat ini 75% perusahaan dijalankan pihak lain akibat perbuatan Marco. Aku ingin kamu menjalankan perusahaan mulai sekarang. Jangan mencari Marco, dia berada di tempat yang seharusnya." Ayah Ken berdiri tepat di depan ken.
"Aku akan melakukannya, dengan syarat biarkan istri dan anak ku hidup dengan tenang." Ken mencoba mengambil jalan ini untuk sekarang walau ini menyakitinya. Ia tahu bagaimana Istri dan anaknya sangat cemas dan mencarinya. Ia tahu ini akan jadi sulit mulai sekarang, mereka harus hidup tanpa ken. Dan begitu pula ken.
Ayah dan ibu ken tersenyum senang dgn keputusan Ken. Jauh dalam lubuk hati, ken mencemaskan istri dan anaknya, memikirkan Semesta dan Miracle. Ia harus menemukan jalan keluar untuk semua keadaan ini, tapi sayang sekarang satu tahun sudah ia lewati di singapura, Ken Morza sudah berhasil mengambil alih seluruh kekuasaan perusahaan dari pihak lain.
Tepat setahun, Marco kembali ke rumah setelah menjalani hukuamannya di rumah pengasingan keluarga Morza, tempat yang lebih buruk dari sebuah penjara. Ken mencoba bicara pada kedua orang tuanya untuk memberinya akses kembali ke Indonesia. Tapi sayang, itu hanya harapan. Ken berharap semesta menjawab dan memberinya sebuah keajaiban, miracle.
Part 3. "Sepenggal" Kisah yang belum Usai - Bahagia
Tepat setahun, Marco kembali ke rumah setelah menjalani hukuamannya di rumah pengasingan keluarga Morza, tempat yang lebih buruk dari sebuah penjara. Ken mencoba bicara pada kedua orang tuanya untuk memberinya akses kembali ke Indonesia. Tapi sayang, itu hanya harapan. Ken berharap semesta menjawab dan memberinya sebuah keajaiban, miracle.
Part 3. "Sepenggal" Kisah yang belum Usai - Bahagia
-April 2017-