Siapa sih yang mau kedua orang tuanya bercerai? Gak ada pastinya. Tapi
ada saja orang tua yang bercerai disebabkan oleh berbagai macam permasalahan
yang timbul dalam berumah tangga. Di satu sisi, jika sudah memiliki anak,
sering sekali disebut-sebut bahwa anak lah korban dari "keegoisan"
kedua orang tuanya jika perceraian terjadi. Keegoisan yang dimaksud jika
percerai terjadi karena hal-hal diluar dari "kewajaran" sebuah
perceraian.
Bukan tentang "keegoisan" atau "kewajaran" tetapi
lebih tentang bagaiamana nasib si anak setelah perceraian terjadi. Tentu kedua
orang tuanya akan berpisah. Tentu tidak tinggal serumah. Penting halnya bahwa
kesepakatan bersama diperlukan dalam pengasuhan anak. Jangan sampai anak
menjadi terombang ambing hidupnya dikarenakan perceraian kedua orang tuanya.
...
Saat jam bubar sekolah, seorang perempuan berambut pendek dengan
seragam pramukanya, berjalan menuju sebuah tempat duduk. Dia duduk bersama
teman-temannya sambil bercerita tentang yang terjadi di kelasnya. Sesekali
mereka tertawa terbahak-bahak. Seorang wanita dewasa yang sedang duduk di dekat
mereka hanya memandang aktivitas anak perempuan dan teman-temannya.
Saat tinggal anak perempuan dan wanita dewasa. Mereka mulai mengobrol
dengan obrolan yang umum y dibicarakan. Pertanyaan-pertanyaan seputar sekolah
dan lainnya. Wanita dewasa itu bertanya dimana rumah anak perempuan tersebut.
Anak tersebut menjawab bahwa rumahnya di sebuah desa yang jauh jaraknya dari
sekolahnya.
‘Terus nunggu jemputan atau pakai sepeda?'
‘Nunggu bapak jemput'
‘Kok jauh banget tinggalnya?'
‘Kenapa gak sekolah di sekolah yang dekat rumah?'
‘Soalnya saya sering pindah-pindah rumah'
‘Memang sebelumnya tinggal dimana?'
‘Di gang itu?' (Anak perempuan itu menunjuk sebuah gang yang dekat
dengan sekolahnya)
‘Kok sekarang pindahnya jauh banget?'
‘Iya. Udah 8 kali saya pindah rumah'
‘Kok bisa sampai 8 kali pindah rumah?'
‘Dulu tinggal sama mama, sekarang tinggal sama bapak'
‘Bapak sama mama udah bercerai'
‘Kok gak tinggal sama mamanya lagi'
‘Mama kerja ke Malaysia'
‘Berarti sekarang tinggal berdua sama bapak?'
‘Bapak udah nikah lagi'
...
Anak perempuan ini terbiasa dengan hidupnya yang berpindah-pindah.
Bayangkan saja 8 Kali pindah tempat tinggal. Dari yang jaraknya dekat, sedang,
jauh dari sekolahnya. Anak itu pergi mendekati temannya yang duduk di kursi
lain. Mereka berbicara berdua dengan asyiknya. Datang seorang anak perempuan
berambut pendek mendekati wanita dewasa dan mengobrol dengannya.
...
‘Temanmu itu kelas berapa?'
‘Kelas 6 sebenarnya tapi gak naik kelas'
‘Dia jauh ya tinggalnya'
‘Manalah, dia sekarang tinggal dengan bapaknya, dulu sama mamanya'
‘Bapak mamanya udah cerai yach?'
‘Bapaknya udah nikah lagi. Dia itu punya mama tiri. Mama tirinya
jahat'
‘Di bawah matanya ada bekas cakaran mama tirinya'
‘Masa sih?'
‘Tapi bapaknya sayang sama dia. Bapaknya yang suka bela dia'
‘Itu lah dia lagi tunggu bapaknya jemput'
...
Seorang anak perempuan yang
tidak setegar anak laki-laki, terbawa perasaan bahkan kadang malu.
Tetapi anak perempuan ini sudah terbiasa dengan kehidupanya, tentang orang
tuanya, tentang dimana dia harus berpindah-pindah tempat tinggal karena
mengikuti salah satu orang tuanya. Membiasakan diri dengan jarak rumah dan
sekolah yang mungkin menjadi dekat, bisa saja esok menjadi jauh.
Kita gak pernah tahu kehidupan orang lain diluar sana. Setiap orang
berusaha menyimpan kesedihan, masalahnya dari orang lain. Setiap orang berusaha
tampil terbaik dengan memberikan senyuman dan tawa serta perkataan yang ikhlas.
Sedangkan lawan bicara hanya tahu bahwa orang tersebut sedang baik-baik saja
dalam cerita yang "menyedihkan" mungkin.
"Bersyukur atas apapun yang telah digariskan. Sesuatu yang
menyenagkan atau menyedihkan mungkin itulah yang sudah digariskan"