Rabu, 09 November 2016

Fiksi "Metropop"


Assalamualaikum...

Lama gak nulis tentang referensi novel atau sejenisnya. Ada beberapa novel yang sebenarnya bisa dibuat referensinya. Tapi mood-nya belum ada, karena bahannya yang kurang bikin greget. Walau ceritanya tetap oke buat dibaca.

Satu novel yang sampai sekarang gak dibuat referensinya. Kenapa? Karena menurutku, novel ini bagus banget. Genrenya "Metropop". Dan, waktu belinya itu kayak lagi hoki aja. Jadi, novel ini sebenarnya udah diobral 50.000 satu paket dan isinya 4 novel.

Novel ini keseluruhannya memang menceritakan bagaimana sebuah novel dengan genre metropop. Dari novel pertama sampai keempat semuanya bersambung ceritanya. Dan, isinya tentu saja menceritakan tentang kehidupan di kota yang memiliki lifestyle yang tinggi dan kesibukan yang padat.

Novel metropop memiliki bahasa yang ringan, mudah dimengerti. Dan, jika membacanya kita akan masuk ke dalam cerita dan ngerasa kayak kita sendiri yang bicara. Penggunaan bahasa sehari-hari yang blak-blakan. Entah itu kata-kata yang sopan ataupun kata-kata yang kurang sopan / vulgar.

Dalam novel metropop, isinya tidak jauh dengan kebanyakan novel dengan genre yang lainnya. Tentang percintaan, karier, lifestyle, romantisme. Hanya saja tema-tema tersebut disajikan dengan gaya bahasa pop. Fiksi ini lebih disukai pembaca usia muda karena gaya bahasa dan jalan ceritanya yang ringan.

Cerita fiksi metropop sendiri merebak dari fiksi terbitan Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang yang menciptakan chicklit. Chicklit merupakan kisah kehidupan masyarakat  perkotaan dan masalah umum yang terjadi baik itu tentang romance atau karier pada usia dua puluh hingga tiga puluh tahun. Hal tersebut bisa kita lihat dalam drama atau film dari negara tersebut.

Itulah alasan kenapa suka banget sama novel metropop yang belum dibuat referensinya. Salah satunya juga, karena gak tahu harus mulai dari mana, bukan karena ceritanya gak jelas, tapi malah sangat jelas alurnya. Fiksi dengan genre metropop di Indonesia di awali dengan kehadiran cerita bersambung "LUPUS" karya Hilman Hariwijaya di tahun1980-an.