Randi, mata kami, Rea, saling bertatapan. Hujan baru saja
reda malam itu. Di luar apa yang kami pikirkan, kami semakin dekat. Malam itu,
aku lelaki yang menatapnya dari kejauhan, ia bersama kekasihnya. Malam ke-33
aku bertemu dengannya, ia sendiri.
Malam itu, aku pulang ke rumah ibu, sejak ayah memilih pergi
dengan perempuan lain. Ibu memilih sendiri, tidak mencintai lelaki lain lagi.
Ibu, perempuan itu lebih membutuhkan ayah melebihi ibu, ibu harus melepaskan
ayah. Ibu sedih tapi ia tidak pernah bisa menahan seseorang yang tidak ingin
bertahan. Ibu memelukku, jangan seperti ayahmu. Aku mengagumi Rea, Rea mengagumi
ayahnya. Ibu mengagumi suaminya, ayahku.
"Jadilah lelaki seperti ayahku, yang tak lelah
mencintai perempuannya."
Rea, itu ibuku, ibu tidak bisa melihat sejak gadis. Aku
paham kenapa Rea mengagumi ayahnya. Lelaki yang setia menemani perempuan yang
dicintainya, meski tidak lagi mampu melihat. Saat yang sama, aku semakin tidak
mengerti kenapa ayahku meninggalkan ibu yang baik-baik saja.
Aku menyalaminya, memberi hormat kepada lelaki yang merawat
dan mendidik perempuan yang akan ku pinang hari ini. Ibuku berdiri kaku tanpa
bergerak, bibirnya bergetar, matanya basah.
Ibu berbisik, Randi, dia ayahmu.
Catatan :
Cerita
ketiga dari lima belas cerita dalam Buku Kumpulan Cerita "Satu Hari di
2018" Karya Boy Candra.