Senin, 07 Maret 2016

"Lelaki Kesepian dan Gadis Pinggir Muara" Kumpulan Cerita 'Satu Hari di 2018 - Boy Candra'




Kau masih ingat? Kita pernah sama-sama menikmati malam yang konyol. Kau baru saja kabur meninggalkan rumahmu, menolak menuruti keinginan ayah ibumu. Sedangkan aku, baru saja melepaskan diri dari status berpacaran, memilih menjadi lelaki kesepian.

Kita duduk berdua menghadap muara. Tidak ada sepatah kata pun. Kita hanya saling diam menatap riak air yang tenang. Seperti amarah yang disembunyikan kesabaran. Meski di bawah riak itu ada arus yang deras. Namun, permukaannya tetaplah tenang. Aku merasa akulah muara yang selama ini menjadi sabar.

Sudah lewat jam 12 malam. Kita masih duduk di jembatan pinggir muara, tidak peduli udara semakin dingin. Bahkan kau, tidak ingin pulang, katamu. Meski kau sudah kelihatan pucat. Tubuhku mulai lelah. Mataku berat. Sedangkan kau masih saja terlihat seperti tadi. Pucat. Aku pun tidur di tepi jembatan. Kau duduk berjarak semeter dariku.

Paginya aku terbangun oleh suara kendaraan yang lalu lalang. Kau sudah tidak di sampingku. Aku ingin meminta penjelasanmu. Apa susahnya membangunkan aku dan mengatakan kau ingin pulang. Berkali-kali di malam yang berbeda. Aku datang kembali ke jembatan muara. Mencarimu.

Aku memutuskan untuk mendatangi rumah orang tuamu. Ada dua orang sudah cukup renta duduk di beranda rumah. Dan, satu perempuan muda sedang menyiapkan dua cangkir teh. Dua orang bocah sedang duduk di lantai. Sedang bermain riang.

Saya Riski, teman Tere. Sebulan lalu bertemu denganya. Di jembatan muara. Ucapku.
Kamu yakin, sebulan lalu kamu bertemu Tere?
Yakin, Mbak. Ucapku lagi.
Riski, Tere sudah meninggal dua tahun yang lalu. Dia bunuh diri di jembatan muara itu. 




Catatan :
Cerita kesembilan dari lima belas cerita dalam Buku Kumpulan Cerita "Satu Hari di 2018" Karya Boy Candra.