Rian, menekuk lututnya, menutup matanya. Sudah setahun lebih
ia seperti ini. Tidak ingin bergaul dengan orang-orang. Bahkan saat ibunya
ingin menyalakan lampu, ia selalu menolak. Tidak ada satu pun yang bisa
mengajaknya bicara. Kecuali ibu.
Satu-satunya hal yang membuat Rian bisa kembali tersenyum
dalam kamar gelap adalah sepasang mata kucing. Setiap kucing-kucing itu datang
ke kamar. Rian selalu menggenggam kalung yang dipakainya. Kalung yang bertulis
2 huruf "R". Lalu berbisik, seolah berbicara kepada seseorang.
Mungkin juga sedang berbicara kepada Tuhan. "Terima kasih sudah
datang."
Rian tertawa cekikikan kegelian. "Riza..."
bisiknya. Mata kucing yang berbinar meredup. Kesedihan kembali datang. Dua tahun
sudah perempuan itu pergi. Rian selalu merasa Riza pulang saat kucing-kucing
itu datang. Rian menyukai kucing sebab dia mencintai Riza. Perempuan yang gila
akan kucing.
Ibu datang membawakan makanan. Ia menerima sepiring ikan
yang digoreng kering. Ia tidak ingin memakan apa yang dulu ia makan. Ia hanya
ingin memakan ikan kering. Kesukaan Riza terhadap kucing adalah salah satu hal
yang tidak bisa diterima ibunya, keluarga Rian, keluarga yang tidak suka
kucing.
Sejak dua tahun lalu, ibunya tidak bisa memaafkan dirinya,
atas pembunuhan yang dilakukannya. Rian menatap mata ibunya bercahaya seperti
mata kucing. Dan, ibunya tidak pernah menyadari hal itu. Seperti Rian yang
tidak pernah menyadari siapa pembunuh kekasihnya.
Catatan :
Cerita kesepuluh dari lima belas cerita dalam Buku Kumpulan Cerita "Satu Hari di 2018" Karya Boy Candra.