Senin, 07 Maret 2016

"Laut dan Hal-hal yang Aku Benci" Kumpulan Cerita 'Satu Hari di 2018 - Boy Candra'




Aku heran kenapa orang-orang suka pergi ke tepi laut saat sore hari. Katanya, salah satu cara menyembuhkan luka hati adalah menatap laut berlama-lama. Sore ini, aku juga tidak mengerti. Aku berdiri di tepi laut sendiri, meski banyak orang yang lain. Aku menatap ke arah laut.

Aku benci sepasang kekasih yang bertengkar di pinggir laut. Mereka terlihat menjijikkan bagiku. Lelaki itu masih saja diam. Dia menatap wajah perempuan itu, perempuan itu sudah tidak peduli, emosinya terlanjur meluap. Lelaki itu tidak bisa dicegah, terus menjauh meninggalkan perempuan yang menduakan hatinya. Dia menatapku penuh kebencian.

"Salah satu cara terburuk dalam menghadapi masalah adalah lari dari kenyataan."

Sesuatu menahan kakiku, dia, lelaki itu tenggelam. Seolah kakiku sudah membeku di pasir yang aku tapaki. Aku berteriak ke beberapa orang yang masih berada di pantai. Mereka tidak mendengar suaraku. Tubuh lelaki itu terdampar di pinggir laut. Aku mendekat, kakiku tiba-tiba bisa digerakkan. Aneh.

Aku menangis menatap tubuh lelaki itu. Dia sudah mati. Aku melihat wajahnya dengan sangat dekat. Tidak bisa ku dustai. Wajah lelaki yang mati sama persis dengan wajahku, sama persis dengan wajah lelaki yang bertengkar dengan kekasihnya tadi.

Hingga saat ini, aku masih berdiri di tepi laut. Manatap hal yang ku benci. Sesekali aku melayang-layang tertiup angin. Kejadian itu berlalu setahun lamanya. Tiap aku berdiri di tepi laut ini, selalu terulang adegan yang menyedihkan, yang menyebabkan aku menjadi hantu penghuni tepi laut ini.

Sejujurnya, aku benci diriku, yang setahun lalu, membunuh dirinya di laut ini.



 
Catatan :
Cerita kedelapan dari lima belas cerita dalam Buku Kumpulan Cerita "Satu Hari di 2018" Karya Boy Candra.